Selasa, 14 Agustus 2012

Sejarah Topi Koki (Chef Hat) dan Fungsinya


Topi koki memiliki sejarah dan perkembangan yang sangat panjang dan diperkirakan telah sejak lama ditemukan dan dikembangkan. Asal-usul dan sejarah penemuan topi koki yang sebenarnya pun tidak pernah benar-benar diketahui. Diperkirakan, koki-koki di tanah Iran dan bangsa-bangsa di sekitarnya lah yang pertama kali menggunakan topi koki. Bahkan diperkirakan mereka telah mengenakan topi koki sejak ribuan tahun yang lalu. Walaupun bentuknya berbeda dari yang sekarang biasa digunakan oleh para koki.



Sejarah menunjukkan topi koki telah dipakai baik oleh laki-laki maupun perempuan sebagai penutup kepala saat memasak. Perancis, Italia, Spanyol, Jerman dan negara-negara lain mengadopsi memakai topi koki pada awal abad ke-16. Awal abad ke-19 terjadi sebuah revolusi dalam penggunaan topi koki. Koki yang berurusan dengan penyiapan makanan mengenakan topi yang berbeda dan harus dibedakan dalam bidang spesialisasi mereka. Selain itu, topi koki sekarang juga sangat bervariasi baik dalam segi ukuran, tinggi dan bentuk tergantung pada pribadi masing-masing yang mengenakannya.

Fungsi Topi Koki

Bentuk dan ukuran topi koki telah mengalami beberapa perubahan drastis sejak saat ribuan tahun yang lalu. Namun, walaupun memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda, topi koki yang digunakan ribuan tahun yang lalu dan topi koki yang digunakan sekarang memiliki fungsi yang sama. Yakni sama-sama digunakan untuk menghindari dan menjaga agar rambut tidak jatuh ke dalam makanan yang akan dihidangkan. Selain itu, topi koki juga berperan untuk menyerap panas dan keringat yang disebabkan karena hawa panas di dalam dapur.

Meskipun penggunaan dasar tetap sama, yaitu untuk menutupi kepala dan untuk menghindari rambut terjatuh ke dalam piring saat sedang dipersiapkan. Selain itu, topi koki juga telah menjadi mode dan tren di berbagai negara. Semua juru masak, koki, dan semua yang terlibat dalam pekerjaan dapur lainnya seharusnya selalu memakai topi koki ini untuk selalu menjaga kebersihan.

Arti Lipatan pada Topi Koki


Menurut tradisi, jumlah lipatan yang terdapat pada topi koki menunjukkan pengalaman seorang koki. Selain itu, jumlah lipatan juga menunjukkan banyaknya cara koki bisa menyiapkan hidangan. Yang tentu saja, ini berarti kepala koki, akan mengenakan topi dengan lipatan yang paling banyak karena pengalamannya yang banyak pula. Namun, topi koki yang dipakai pada masa kini sebagian besar hanya berperan sebagai penutup kepala dibandingkan untuk menggambarkan simbol seperti pengalaman atau yang lainnya.

Pangkat di Dunia Memasak (Garde La Cuisine)


1. Chef de Cuisine/Executive Chef/Head Chef
ini nih orang yang kita panggil Chef kalau ketemu di kulkas atau di store, pemimpin dapur, tanggung jawabnya besar termasuk perombakan menu, rekrutmen, konsep makanan, dan keputusan manajemen lainnya. Biasanya paling tua di suatu outlet karena pengalaman diperlukan untuk posisi paling tinggi ini. Chef biasanya digunakan di divisi Hot Kitchen pada hotel atau restaurant. Untuk divisi bakery dan pastry, pangkat paling tinggi adalah Pastry Chef.

2. Sous Chef

ini second-in-command nya chef di dapur, kalo chef lagi jadwalnya libur atau berhalangan, segala keputusan hari itu sous chef yang bikin. Misal ada permintaan mendadak tanpa reservasi, kita tinggal minta pertimbangan beliau tanpa perintah chef. Kadang ada posisi Junior Sous Chef bila Chef menginginkan seorang yang usianya muda tapi berpotensi dan di promosikan atas rekomendasi Chef.

3.Chef de Partie (CDP)
boleh dibilang ini kepala bagian di dapur, di hotel misalnya dimana ukuran dan organisasi kitchen amat kompleks, CDP memimpin unit tersendiri misalnya CDP bagian butcher (tukang jagal), CDP bagian pastry (bikin kue dan dessert), CDP bagian banquet (buat orang kimpoian). Jadi kalo ada acara besar, chef tinggal komunikasi sama si CDP ini dan voilaa... langsung tersedia.

4.Commis
koki biasa yang tugasnya masak di bawah perintah dan pengawasan ketiga senior di atas tadi. Biasanya ada jabatan senior commis untuk staff yang sekian lama berada di posisi ini.

5.Cook Helper/Kitchen assistant
sebelum jadi koki, seharusnya tiap orang yang baru direkrut ditempatkan disini dulu kecuali yang bersangkutan emang udah berkualifikasi terutama kalo spesialisasi suatu masakan, misal masakan Prancis, bisa langsung jadi chef.


Source: Kaskus

Selasa, 08 Mei 2012

9 Alasan Sebaiknya Pacaran dimulai Dengan Persahabatan

Hubungan cinta sangat halus dan membutuhkan perhatian lebih untuk mempertahankannya. Anda harus bisa berteman dengan pasangan untuk menjaga kelangsungan hubungan tersebut.
Niat yang kuat, kejujuran, dan kepercayaan merupakan kualitas yang dapat memperkuat hubungan. Anda juga harus mampu berkomitmen dan secara emosional terikat dengan pasangan. Misalnya, dengan menjadi temannya terlebih dahulu, lalu kemudian menjadi kekasih.
Berikut beberapa alasan mengapa sebaiknya hubungan cinta diawali dengan persahabatan, seperti dikutip dari Stylish and Trendy.
1. Mengerti Anda
Setiap hubungan memerlukan adanya pengertian satu sama lain, termasuk hubungan cinta. Jika Anda memiliki pemahaman yang baik kepada pasangan, hubungan yang akan dijalani akan berhasil dengan mudah.
2. Penyesuaian
Kecocokan menjadi alasan lain mengapa seorang teman bisa menjadi pacar yang baik. Anda telah sama-sama menemukan kecocokan terlepas dari keterlibatan emosional dengan teman-teman Anda. Jadi, tidak usah ragu-ragu lagi jika sudah mampu memahaminya.
3. Saling Menghargai
Teman biasanya saling menghargai keputusan dan pendapat temannya yang lain. Hal ini akan memberikan kontribusi positif dalam hubungan. Anda juga akan merasa lebih yakin bahwa pemikiran Anda akan diperhitungkan oleh teman-teman mengenai aspek penting yang terkadang dilupakan dalam hubungan cinta.
4. Teman Tahu Kelemahan Anda
Seorang teman pasti mengetahui apa kelemahan Anda dan tidak usah malu-malu lagi berkespresi di depannya, misalnya jika cara tertawa Anda buruk.
5. Penuh Humor dan Hal Positif
Humor dan hal-hal positif yang didapat dari pergaulan dengan teman, merupakan hal penting untuk menjaga hubungan tetap hidup. HUbungan cinta akan menjadi hambar dan membosankan jika Anda tidak memiliki momen yang konyol dan lucu dengan teman yang kini menjadi kekasih.
6. Timbal Balik
Keberhasilan sebuah hubungan sangat tergantung pada sejauh mana kemampuan Anda membalas budi kepada pasangan. Tidak adanya hubungan timbal balik, akan mematikan spontanitas dalam hubungan.
7. Penghargaan dan Dorongan
Seorang teman memiliki pengalaman dengan sifat-sifat positif dari kepribadian Anda. Ia tidak akan ragu menyoroti sifat-sifat Anda untuk memberikan dukungan kepada Anda.
8. Mudah Berkomunikasi
Komunikasi menjadi kerangka untuk memperkuat hubungan. Jika Anda berteman dengan pasangan Anda, komunikasi menjadi jauh lebih mudah dan menyenangkan. Mengekspresikan emosi dan perasaan jauh lebih mudah dan sederhana.
9. Mudah Mendapat Perhatian
Sangat mudah mendapatkan perhatian dari seseorang yang berteman dengan Anda. Anda juga tidak perlu menunggu sampai ia berbagi dan mengekspresikan dirinya. Tidak ada formalitas yang harus dilakukan. Anda dapat berbicara dengan lugas untuk mendapatkan perhatiannya

Senin, 30 April 2012

From K :')

Dhebi jujur  aku ada rasa sama kamu dan aku suka sama kamu, kamu mau ngga jadi pacar  aku?
(14/2/12)

I love islam & dhebi dylan :)
(26/2/12)

I love you :*
(17/3/12)

Gesekan pasir tempat berpijak seakan mengingatkanku pada melodi cinta
Hanya kau yang mengetahui apa dibalik goresan tinta di kertas, tertata rapi mempunyai harapan yang jelas, indah...
Bila aku banyak salah menggores, tolong hapuslah kesalahan itu agar kertas tersebut tetap sempurna :)
(20/3/12)

Tak ada yang tak indah selain dirimu, hembusan angin dari hatiku tak akan pernah berhenti seiring waktu yang mengalir menuju muara mengarungi lautan lepas, dan terbawa ombak asmara yang menggulung, menjadikan jalinan kasih antara kita berdua :)
(20/3/12)

Malam, terasa sepi nan sunyi
terasa asing tapi lekat, terasa gelap dan pekat.
Tapi karnamu, malam, terasa ramai
Ramai dan ramai
Seramai dan seterang hatiku yang tulus karnamu.
(27/2/12)

Aku berharap kau menjadi payungku dikala hujan, dan menjadi kehangatan dikala dingin.
Hmm semoga dirimu nanti duduk disampingku untuk selamanya :)
(29/3/12)

Melihat bukan berarti untuk dilihat, terjatuh bukan berarti untuk di jatuhkan.
Duduk bukan berarti tak kuat berdiri
Hanya saja lembutnya sutera tidak melebihi lembutnya hatimu padaku :)
(01/4/12)

Makasih ya udah pernah mau jadi pacar aku.
Kamu orang yang terbaik yang pernah jadi pacar  aku.
(20/4/12)

  • some texts that I received from him. thanks for everything, you’ll get someone better than me :’) amin 

Minggu, 29 April 2012

Let You Go

Not possible to blame the time, it is impossible to blame the state
You came when I needed you, from my problems with him

The more I love you, the more I've to let you go out of my life
Don't want to hurt your heart more than this, we can not hold together

Someday you'll get one that will accompany your life 
Let this be a distant memory, two hearts that never converge


I'm sorry to let you into my life, I'm sorry to let you go even though I don't want


The more I love you, the more I've to let you go out of my life
Don't want to hurt your heart more than this, we can not hold together
Increasingly felt the love of my life I have let you go
Don't want to hurt your heart more than this, we can not hold together

Senin, 20 Februari 2012

ANDI LAU - Antara Dilema dan Galau II


Dalam kehidupan, kita tidak terlepas dari dilema dan galau
Sebenarnya, memilih bukanlah sesuatu yang gampang. Kebingungan memilih antara dua pilihan yang baik, itu bukanlah masalah pilihan, tetapi masalah dia memilihnya.
Pada kenyataannya, pilihan adalah sebuah kekuatan yang luar biasa, untuk menimbulkan motivasi dalam hidup.
Walaupun apabila dihadapkan pada pilihan, kita akan bimbang dan tidak tegas. 


Jangan larut, apabila menghadapi hal seperti itu. Lebih baik mempertimbangkan dua pilihan yang baik, tetapi berani bertindak.
Jadi bertindak walaupun salah, itu lebih baik daripada tidak bertindak.
Setiap orang pasti pernah mengalami dilema. Namun yakinlah selalu ada jalan keluar yang terbaik bagi orang yang tidak larut dalam galau.

Minggu, 08 Januari 2012

UGM Tolak UN untuk Masuk PTN

Universitas Gadjah Mada (UGM) masih enggan menggunakan nilai Ujian Nasional (UN) sebagai alat penjaringan mahasiswa baru. Alasannya, tujuan pelaksanaan UN berbeda dengan tujuan penerimaan mahasiswa dalam mekanisme Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Hal tersebut ditegaskan Rektor UGM Prof Sudjarwadi yang memastikan tidak akan memanfaatkan nilai UN untuk menjaring mahasiswa baru UGM tahun 2012. Menurut dia, ada perbedaan cukup signifikan antara soal UN dengan materi ujian dalam SNMPTN. ”Yang namanya cita-cita tidak masalah tetapi belum dalam waktu dekat (akan diterapkan) karena kami belum confident. Masih banyak yang harus diteliti,” katanya saat diklarifikasi Kamis (29/12). 

Otonomi Pendidikan Harus Disikapi Bijaksana

Desentralisasi pendidikan sebagaimana amanat dalam UU Nomor 32/2004 merupakan sebuah sistem manajemen untuk mewujudkan pembangunan pendidikan yang menekankan pada kebhinnekaan. Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 7 ayat (1), kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, fiskal/moneter, dan agama, serta kewenangan lain yang diatur secara khusus.

Selain itu, semuanya menjadi kewenangan daerah, termasuk di dalamnya bidang pendidikan. Tujuan pemberian kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan penghormatan terhadap budaya lokal, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Menurut Ketua Dewan Pendidikan Propinsi DIY, Prof. Wuryadi, satu hal yang tidak boleh dilupakan di dalam pelaksanaan otonomi pendidikan ialah jangan sampai menimbulkan sikap mementingkan kepentingan diri sendiri. Misalnya, antara sekolah yang satu dengan yang lain tidak saling berkoordinasi dan hanya mengedepankan kepentingan pribadinya. “ Tidak peduli dengan jalannya pendidikan di institusi lain. Ini yang berbahaya kalau kita tidak menyikapinya dengan bijaksana,” ujar Wuryadi ketika berbicara dalam Diskusi 'Menggagas Pendidikan untuk Semua' di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri, Rabu (8/12). Diskusi ini merupakan salah satu rangkaian acara 'Festival Indonesia 100%' yang digelar oleh BEM KM UGM.

Selain berbicara persoalan otonomi pendidikan, Wuryadi dalam kesempatan itu juga kembali mempertanyakan kebijakan pemerintah mengenai pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Pemerintah menetapkan siswa yang telah lulus UN-lah yang dapat masuk di bangku perguruan tinggi. Menurutnya, korelasi antara UN dengan prestasi akademik ketika menjadi mahasiswa sangatlah kecil. “Penelitian sudah dilakukan di IPB dan ITB. Justru korelasi yang besar adalah antara prestasi mahasiswa dengan nilai rapor selama studi,” imbuhnya.

Wuryadi juga kembali mengingatkan kebijakan UN yang pernah dilarang oleh Mahkamah Agung (MA) karena dinilai belum memenuhi nilai-nilai standar yang disyaratkan secara lengkap. Meskipun demikian, pemerintah sampai saat ini berketetapan akan terus melaksanakan UN. “Kurikulumnya memang berdasarkan kompetensi. Namun, ujian nasionalnya tidak sesuai kompetensi,” tambah Wuryadi.

Sementara itu, pengamat pendidikan, Eko Prasetyo, dalam kesempatan itu mengatakan pendidikan bukan saja dilihat dari hasilnya, melainkan juga dari proses yang dilalui. Pengetahuan yang diperoleh dari sebuah pendidikan setidaknya harus berdampak dari sisi historis, berimplikasi sosial, dan rekonstruksi sosial. “ Kalau itu tidak terjadi, maka tentu pendidikan tidak akan membuat kita matang secara emosi,” terang Eko.

Ironisnya, menurut Eko, lambat-laun pendidikan hanya menjadi sebuah ritual belaka, misalnya, ketika berlangsungnya orientasi mahasiswa baru (OPSPEK) di perguruan tinggi, KKN hingga wisuda. Jika pemerintah, DPR beserta masyarakat tidak segera duduk bersama mencari solusi pelaksanaan pendidikan yang bervisi kerakyatan, ditakutkan pragmatisme dan komersialisasi pendidikan akan terus berlangsung. (Humas UGM/Satria AN : www.ugm.ac.id) 

UGM Tolak UN untuk Masuk PTN

Universitas Gadjah Mada (UGM) masih enggan menggunakan nilai Ujian Nasional (UN) sebagai alat penjaringan mahasiswa baru. Alasannya, tujuan pelaksanaan UN berbeda dengan tujuan penerimaan mahasiswa dalam mekanisme Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Hal tersebut ditegaskan Rektor UGM Prof Sudjarwadi yang memastikan tidak akan memanfaatkan nilai UN untuk menjaring mahasiswa baru UGM tahun 2012. Menurut dia, ada perbedaan cukup signifikan antara soal UN dengan materi ujian dalam SNMPTN. ”Yang namanya cita-cita tidak masalah tetapi belum dalam waktu dekat (akan diterapkan) karena kami belum confident. Masih banyak yang harus diteliti,” katanya saat diklarifikasi Kamis (29/12). 
Dia mengatakan, tujuan pelaksanaan UN adalah untuk mengevaluasi kemampuan siswa selama mengikuti pendidikan jenjang menengah. Sedangkan tes SNMPTN adalah menjaring calon mahasiswa sesuai dengan minat dan bakatnya. ”Dari segi akademis, selain tujuannya berbeda juga tes masuk perguruan tinggi menggunakan soal yang multiobjektif,” jelasnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, anggota Koordinator UN Tingkat Pusat yang juga anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Prof Djemmari Mardapi mengatakan bahwa sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2005, nilai UN bisa digunakan sebagai syarat masuk PTN asalkan pelaksanaannya kredibel. Ada beberapa indikator UN dianggap kredibel, seperti laporan dari pengawas, guru dan perguruan tinggi (PT) yang ditunjuk hingga perbandingan hasil UN antar daerah. 
Saat ini, baru Universitas Negeri Padang (UNP) yang sudah menggunakan nilai UN sebagai syarat masuk dalam ujian mandirinya. ITB, Universitas Negeri Medan (Unimed), dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menyatakan sudah siap untuk menggunakan UN sebagai syarat masuk. Kemendikbud menyarankan adanya mekanisme pembobotan antara nilai UN dengan tes skolastik yang digelar PTN.
Menanggapi hal ini, Sudjarwadi menegaskan bahwa lulus UN menjadi salah satu syarat wajib bagi siswa yang ingin ikuti SNMPTN. Selain itu, nilai UN juga jadi salah satu syarat dalam penerimaan mahasiswa baru lewat jalur undangan maupun penelusuran bibit unggul. ”Selama ini sudah jadi syarat pelengkap untuk jalur undangan,” katanya.
Keengganan UGM menggunakan UN sebagai syarat masuk PTN, menurut Sudjarwadi, tidak bisa dikatakan UGM menolak rencana Kemendikbud menjadikan UN sebagai sistem menjaring mahasiswa baru. Rencana ini, kata dia, juga sudah menjadi bahasan para rektor universitas se-Indonesia. ”Tapi kan tidak sesederhana seperti itu,” tuturnya.
Menurut dia, kebijakan itu tidak bisa diterapkan tergesa-gesa, termasuk alternatif melakukan pembobotan antara tes masuk PTN yang dilakukan mandiri dengan nilai UN. Kebijakan baru bisa diterapkan setelah melakukan kajian intensif karena ada hal detail yang perlu dipelajari lebih dulu. ”Jadi kalau untuk menggantikan (SNMPTN) kayaknya masih belum untuk tahun depan,” tegasnya.
Universitas Gadjah Mada (UGM) masih enggan menggunakan nilai Ujian Nasional (UN) sebagai alat penjaringan mahasiswa baru. Alasannya, tujuan pelaksanaan UN berbeda dengan tujuan penerimaan mahasiswa dalam mekanisme Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Hal tersebut ditegaskan Rektor UGM Prof Sudjarwadi yang memastikan tidak akan memanfaatkan nilai UN untuk menjaring mahasiswa baru UGM tahun 2012. Menurut dia, ada perbedaan cukup signifikan antara soal UN dengan materi ujian dalam SNMPTN. ”Yang namanya cita-cita tidak masalah tetapi belum dalam waktu dekat (akan diterapkan) karena kami belum confident. Masih banyak yang harus diteliti,” katanya saat diklarifikasi Kamis (29/12). 
Otonomi Pendidikan Harus Disikapi Bijaksana

Desentralisasi pendidikan sebagaimana amanat dalam UU Nomor 32/2004 merupakan sebuah sistem manajemen untuk mewujudkan pembangunan pendidikan yang menekankan pada kebhinnekaan. Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 7 ayat (1), kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, fiskal/moneter, dan agama, serta kewenangan lain yang diatur secara khusus.

Selain itu, semuanya menjadi kewenangan daerah, termasuk di dalamnya bidang pendidikan. Tujuan pemberian kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan penghormatan terhadap budaya lokal, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Menurut Ketua Dewan Pendidikan Propinsi DIY, Prof. Wuryadi, satu hal yang tidak boleh dilupakan di dalam pelaksanaan otonomi pendidikan ialah jangan sampai menimbulkan sikap mementingkan kepentingan diri sendiri. Misalnya, antara sekolah yang satu dengan yang lain tidak saling berkoordinasi dan hanya mengedepankan kepentingan pribadinya. “ Tidak peduli dengan jalannya pendidikan di institusi lain. Ini yang berbahaya kalau kita tidak menyikapinya dengan bijaksana,” ujar Wuryadi ketika berbicara dalam Diskusi 'Menggagas Pendidikan untuk Semua' di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri, Rabu (8/12). Diskusi ini merupakan salah satu rangkaian acara 'Festival Indonesia 100%' yang digelar oleh BEM KM UGM.

Selain berbicara persoalan otonomi pendidikan, Wuryadi dalam kesempatan itu juga kembali mempertanyakan kebijakan pemerintah mengenai pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Pemerintah menetapkan siswa yang telah lulus UN-lah yang dapat masuk di bangku perguruan tinggi. Menurutnya, korelasi antara UN dengan prestasi akademik ketika menjadi mahasiswa sangatlah kecil. “Penelitian sudah dilakukan di IPB dan ITB. Justru korelasi yang besar adalah antara prestasi mahasiswa dengan nilai rapor selama studi,” imbuhnya.

Wuryadi juga kembali mengingatkan kebijakan UN yang pernah dilarang oleh Mahkamah Agung (MA) karena dinilai belum memenuhi nilai-nilai standar yang disyaratkan secara lengkap. Meskipun demikian, pemerintah sampai saat ini berketetapan akan terus melaksanakan UN. “Kurikulumnya memang berdasarkan kompetensi. Namun, ujian nasionalnya tidak sesuai kompetensi,” tambah Wuryadi.

Sementara itu, pengamat pendidikan, Eko Prasetyo, dalam kesempatan itu mengatakan pendidikan bukan saja dilihat dari hasilnya, melainkan juga dari proses yang dilalui. Pengetahuan yang diperoleh dari sebuah pendidikan setidaknya harus berdampak dari sisi historis, berimplikasi sosial, dan rekonstruksi sosial. “ Kalau itu tidak terjadi, maka tentu pendidikan tidak akan membuat kita matang secara emosi,” terang Eko.

Ironisnya, menurut Eko, lambat-laun pendidikan hanya menjadi sebuah ritual belaka, misalnya, ketika berlangsungnya orientasi mahasiswa baru (OPSPEK) di perguruan tinggi, KKN hingga wisuda. Jika pemerintah, DPR beserta masyarakat tidak segera duduk bersama mencari solusi pelaksanaan pendidikan yang bervisi kerakyatan, ditakutkan pragmatisme dan komersialisasi pendidikan akan terus berlangsung. (Humas UGM/Satria AN : www.ugm.ac.id) 

UGM Tolak UN untuk Masuk PTN

Universitas Gadjah Mada (UGM) masih enggan menggunakan nilai Ujian Nasional (UN) sebagai alat penjaringan mahasiswa baru. Alasannya, tujuan pelaksanaan UN berbeda dengan tujuan penerimaan mahasiswa dalam mekanisme Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Hal tersebut ditegaskan Rektor UGM Prof Sudjarwadi yang memastikan tidak akan memanfaatkan nilai UN untuk menjaring mahasiswa baru UGM tahun 2012. Menurut dia, ada perbedaan cukup signifikan antara soal UN dengan materi ujian dalam SNMPTN. ”Yang namanya cita-cita tidak masalah tetapi belum dalam waktu dekat (akan diterapkan) karena kami belum confident. Masih banyak yang harus diteliti,” katanya saat diklarifikasi Kamis (29/12). 
Dia mengatakan, tujuan pelaksanaan UN adalah untuk mengevaluasi kemampuan siswa selama mengikuti pendidikan jenjang menengah. Sedangkan tes SNMPTN adalah menjaring calon mahasiswa sesuai dengan minat dan bakatnya. ”Dari segi akademis, selain tujuannya berbeda juga tes masuk perguruan tinggi menggunakan soal yang multiobjektif,” jelasnya.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, anggota Koordinator UN Tingkat Pusat yang juga anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Prof Djemmari Mardapi mengatakan bahwa sesuai dengan PP Nomor 19 Tahun 2005, nilai UN bisa digunakan sebagai syarat masuk PTN asalkan pelaksanaannya kredibel. Ada beberapa indikator UN dianggap kredibel, seperti laporan dari pengawas, guru dan perguruan tinggi (PT) yang ditunjuk hingga perbandingan hasil UN antar daerah. 
Saat ini, baru Universitas Negeri Padang (UNP) yang sudah menggunakan nilai UN sebagai syarat masuk dalam ujian mandirinya. ITB, Universitas Negeri Medan (Unimed), dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menyatakan sudah siap untuk menggunakan UN sebagai syarat masuk. Kemendikbud menyarankan adanya mekanisme pembobotan antara nilai UN dengan tes skolastik yang digelar PTN.
Menanggapi hal ini, Sudjarwadi menegaskan bahwa lulus UN menjadi salah satu syarat wajib bagi siswa yang ingin ikuti SNMPTN. Selain itu, nilai UN juga jadi salah satu syarat dalam penerimaan mahasiswa baru lewat jalur undangan maupun penelusuran bibit unggul. ”Selama ini sudah jadi syarat pelengkap untuk jalur undangan,” katanya.
Keengganan UGM menggunakan UN sebagai syarat masuk PTN, menurut Sudjarwadi, tidak bisa dikatakan UGM menolak rencana Kemendikbud menjadikan UN sebagai sistem menjaring mahasiswa baru. Rencana ini, kata dia, juga sudah menjadi bahasan para rektor universitas se-Indonesia. ”Tapi kan tidak sesederhana seperti itu,” tuturnya.
Menurut dia, kebijakan itu tidak bisa diterapkan tergesa-gesa, termasuk alternatif melakukan pembobotan antara tes masuk PTN yang dilakukan mandiri dengan nilai UN. Kebijakan baru bisa diterapkan setelah melakukan kajian intensif karena ada hal detail yang perlu dipelajari lebih dulu. ”Jadi kalau untuk menggantikan (SNMPTN) kayaknya masih belum untuk tahun depan,” tegasnya.

Kamis, 05 Januari 2012

Aku Yang Tersakiti


Pernahkah kau merasa jarak antara kita
Kini semakin terasa setelah kau kenal dia
Aku tiada percaya teganya kau putuskan
Indahnya cinta kita yang tak ingin kau akhiri
Kau pergi tinggalkanku

Tak pernahkah kau sadari akulah yang kau sakiti
Engkau pergi dengan janjimu yang telah kau ingkari
Oh Tuhan tolonglah aku hapuskan rasa cintaku
Akupun ingin bahagia walau tak bersama dia :")

Memang takkan mudah bagiku tuk lupakan segalanya
Aku pergi untuk dia :"""))

ANDI LAU - Antara Dilema dan Galau

Engkau yang sedang ANDI LAU,
Antara Dilema dan Galau, dengarlah ini...

Sesungguhnya masalah kehidupan ini adalah masalah hati,
sehingga terkadang engkau harus menutup matamu untuk dapat melihat dengan jelas.
Mata hati kita terlalu peka terhadap kelebihan dan kenikmatan hidup orang lain,
tapi sering rabun dan terbutakan dari melihat nikmat Tuhan yang telah ada pada diri dan keluarga kita.
Maka, teraturkanlah dirimu untuk mengistirahatkan mata ragamu dalam pertemuan dengan Tuhanmu agar mata hatimu tebuka dalam kedamaian jiwamu untuk mengenali pilihan terbaik dalam dilemamu, dan melihat jalan terlapang yang mengeluarkanmu dari kegalauanmu.
ANDI LAU-mu hanya sementara, karena jika engkau tegas dalam keikhlasanmu untuk setia kepada sikap dan perilaku yang baik, engkau akan bebas Dilema dan jauh dari Kegalauan.

Minggu, 01 Januari 2012

Terima Kasih

To : "A"

Terima kasih atas bahagia dan derita nya
Terima kasih atas suka dan suka nya
Terima kasih atas waktu dan kesempatan nya
Terima kasih atas kelembutan dan kemarahan nya
Terima kasih atas kejujuran dan kebohongan nya
Terima kasih atas rindu dan benci nya
Terima kasih atas janji dan ingkar nya
Terima kasih atas kepedulian dan keacuhan nya
Terima kasih atas kenangan manis dan pahit nya
Terima kasih atas kebaikan dan kepercayaan nya
Terima kasih atas rasa sayang dan rasa sakit nya
Terima kasih atas canda, tawa dan senyuman nya
Terima kasih telah membuka dan menutup pintu hati ini
Terima kasih telah mengisi dan meninggalkan hati serta diri ini
Terima kasih, Terima kasih atas segala-galanya
TERIMA KASIH!